Ampyang Maulid : Harmoni Religi, Budaya, dan Pariwisata Kudus
KUDUS – Festival Ampyang Maulid digelar di depan Gapura Masjid Jami’ At Taqwa, Desa Loram Kulon, Minggu (7/9/2025). Bupati Kudus Sam’ani Intakoris hadir bersama bersama Wakil Bupati Bellinda Birton, Ketua TP PKK Endhah Sam’ani Intakoris, dan Anggota DPR RI H. Musthofa. Kegiatan ini merupakan tradisi tahunan yang ditujukan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Ampyang Maulid merupakan tradisi khas Desa Loram Kulon yang telah berlangsung turun-temurun. Tradisi ini ditandai dengan kirab atau pawai yang menampilkan gunungan ampyang (kerupuk bulat warna-warni) dan aneka makanan hasil bumi. Puncaknya, seluruh sajian tersebut dibagikan kepada masyarakat sebagai wujud kebersamaan dan rasa syukur.
Dalam sambutannya, Bupati Kudus Sam’ani Intakoris mengapresiasi dan berterima kasih atas terselenggaranya acara tersebut.
“Pemerintah Kabupaten Kudus mendukung penuh Ampyang Maulid, karena tidak hanya bernilai budaya dan religi, tetapi juga mendorong ekonomi kreatif serta pariwisata daerah. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mengawal kelancaran acara ini,” ucapnya.
Bupati Kudus Sam’ani Intakoris menjelaskan bahwa tradisi Ampyang Maulid perlu dikelola dengan baik, sehingga menjadi destinasi wisata budaya serta religi yang membanggakan.
“Mari kita kelola dengan baik, menjadi tuan rumah yang ramah bagi wisatawan, dan menjadikan Ampyang sebagai destinasi wisata budaya dan religi yang membanggakan,” jelasnya.
Bupati juga mengingatkan pentingnya menjaga kondusivitas Kudus di tengah situasi dan kondisi Indonesia saat ini.
“Alhamdulillah, Kudus tetap aman dan damai. Kita tidak boleh terprovokasi berita yang tidak benar. Semua bisa bekerja, bersekolah, berbelanja, dan beraktivitas dengan nyaman,” imbuhnya.
Hadir pula Anggota DPR RI, Musthofa, yang menegaskan konsistensinya mendukung tradisi Ampyang Maulid.
“Saya sudah menghadiri Ampyang hingga 18 kali, baik sebelum menjadi Bupati, saat menjabat, hingga kini sebagai anggota DPR RI. Tradisi ini bukan sekadar ritual, tetapi juga menjaga kelestarian Masjid Wali Loram Kulon (Masjid At-Taqwa) dan memperkuat identitas Kudus sebagai pusat budaya Islam yang dikenal di seluruh Indonesia,” ungkapnya.
Ampyang Maulid tahun ini diikuti 50 kontingen yang masing-masing terdiri dari 30 hingga 40 orang. Peserta berasal dari siswa sekolah, masyarakat, musala, hingga pelaku UMKM di Desa Loram Kulon dan Loram Wetan.
Tradisi Ampyang Maulid juga dirangkai dengan Loram Expo 2025 yang berlangsung pada 30 Agustus hingga 5 September sebagai wadah promosi produk UMKM dan ekonomi kreatif masyarakat.
Penjabat Kepala Desa Loram Kulon, Suharso, menegaskan bahwa Ampyang Maulid bukan hanya kegiatan seremonial.
“Tradisi ini menjadi media dakwah Islami sekaligus upaya melestarikan budaya, mengangkat potensi pariwisata, serta memperkuat kebersamaan masyarakat,” ujarnya.
Dengan terselenggaranya Ampyang Maulid, masyarakat Loram Kulon tidak hanya menjaga warisan budaya leluhur, tetapi juga menghidupkan semangat kebersamaan, religiusitas, dan potensi pariwisata Kudus agar semakin dikenal luas di tingkat nasional.