KUDUS – Dalam rangka mempersiapkan generasi Indonesia Emas 2045, Penjabat (Pj) Bupati Kudus, Muhamad Hasan Chabibie, melalui video conference membuka acara Rembuk Stunting dengan tema "Akselerasi Intervensi Sensitif dalam Penurunan Stunting di Kabupaten Kudus Tahun 2024". Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Kudus, Revlisianto Subekti, turut hadir secara langsung untuk memberikan paparan serta menandatangani komitmen bersama untuk penurunan stunting. Acara ini berlangsung di Pendopo Kabupaten Kudus pada Selasa (30/7).
Pj. Bupati Hasan menegaskan bahwa stunting merupakan masalah kesehatan yang berdampak signifikan, tidak hanya pada fisik anak-anak tetapi juga pada perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas mereka di masa depan. Berdasarkan data dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), meskipun prevalensi stunting mengalami penurunan dari 2022 ke 2023, masih diperlukan upaya keras untuk mencapai target nasional sebesar 14% pada tahun 2024.
“Penurunan prevalensi stunting memang menunjukkan kemajuan, namun kita harus terus bekerja keras dan berkolaborasi untuk mencapai target nasional,” ujar Hasan.
Dalam kesempatan tersebut, Hasan menyatakan strategi yang telah disusun oleh Pemerintah Kabupaten Kudus, termasuk pemantauan ibu hamil dan balita melalui Posyandu, pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA), monitoring berat badan dan tinggi badan balita, edukasi dan pencegahan stunting di Posyandu dan Puskesmas, bimbingan perkawinan dan pemeriksaan kesehatan bagi calon pengantin, pendampingan keluarga oleh Tim Pendamping, serta pendaftaran calon pengantin dalam Sistem Elektronik Siap Nikah dan Hamil (ELSIMIL).
Hasan juga menekankan pentingnya keterlibatan seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, TPPS, tenaga kesehatan, penyuluh KB, tim penggerak PKK, dan masyarakat dalam implementasi program ini.
“Keterlibatan semua pihak sangat penting untuk keberhasilan program ini. Kita juga harus fokus pada peningkatan gizi, pemberian makanan tambahan yang tepat sasaran, serta peningkatan akses sanitasi yang memadai,” tambahnya.
Sementara itu, Sekda Kudus Revlisianto Subekti menyoroti pentingnya intervensi gizi spesifik dan sensitif untuk mengatasi stunting. Intervensi ini mencakup pemberian tambahan asupan gizi bagi ibu hamil, konsumsi tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet selama masa kehamilan, serta pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang bergizi. Selain itu, dirinya juga menggarisbawahi pentingnya pelayanan kesehatan yang memadai dan pendampingan bagi keluarga berisiko stunting.
Revlisianto juga mengajak semua pihak untuk terus berkomitmen dalam upaya penurunan stunting. Dirinya juga mengingatkan bahwa intervensi gizi spesifik dan sensitif, serta pelayanan kesehatan yang memadai, adalah kunci untuk mengatasi masalah stunting.
"Dengan kerja sama dan dukungan dari berbagai sektor, kita optimis dapat mencapai target penurunan stunting di Kabupaten Kudus,” ujarnya.
Plt Kepala Bappeda, Sulistiyowati, menyatakan bahwa penyelesaian stunting merupakan tantangan nasional yang harus diselesaikan. Tidak hanya untuk masa sekarang, tetapi juga untuk masa depan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.
"Pada tahun 2045, kita berharap mencapai generasi emas yang terbebas dari stunting." ujarnya.
Sulistiyowati menambahkan bahwa isu utama yang dibahas adalah program kolaboratif untuk penanganan stunting dengan alokasi dana yang memadai pada tahun 2024. Dirinya berharap program ini dapat membantu mencapai visi Indonesia Emas 2045 dengan kondisi anak-anak Indonesia yang bebas dari stunting. Target pemerintah pusat sangat jelas, yaitu menurunkan angka prevalensi stunting menjadi 14% pada tahun 2024, sesuai dengan target SSGI.
Sebagai informasi, pada tahun 2024, terdapat 2.367 kasus stunting dan 2.938 keluarga berisiko stunting di Kudus. Untuk menangani masalah ini, total anggaran yang dialokasikan mencapai Rp. 427.892.555.407, mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp. 92.223.516.720. (*)