Kudus – Pemerintah Kabupaten Kudus mengadakan High Level Meeting bertema “Kolaborasi Strategis Pembangunan Kabupaten Kudus Tahun 2025” di Pendopo Kabupaten Kudus, Jumat (20/12). Acara ini dihadiri oleh perwakilan unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Sekretaris Daerah, pimpinan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perbankan, perusahaan swasta, dan berbagai pemangku kepentingan lainnya.
Penjabat Bupati Kudus, M. Hasan Chabibie, dalam sambutannya, menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Dirinya memaparkan visi besar Kabupaten Kudus sebagai daerah yang berkeadaban, maju, dan berkelanjutan dengan target peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita mencapai Rp 825,19 juta pada tahun 2045.
“Kolaborasi ini menjadi kunci untuk mengatasi tantangan pembangunan di berbagai sektor, mulai dari transformasi sumber daya manusia, penguatan infrastruktur dasar, hingga pengelolaan lingkungan hidup. Dengan kerja sama yang erat dan perencanaan yang matang, kita optimis Kudus dapat mencapai visi 2045,” ujar Hasan.
Salah satu program prioritas yang menjadi sorotan adalah implementasi Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSLP). Pemerintah Kabupaten Kudus juga memperkenalkan aplikasi Kudus Sengkuyung Bareng (KSBB), yang dikembangkan bekerja sama dengan Universitas Muria Kudus (UMK). Aplikasi ini dirancang untuk memfasilitasi kolaborasi lintas sektor dalam mendukung berbagai program pembangunan.
Sekretaris Daerah Kabupaten Kudus, Revlisianto Subekti, menegaskan pentingnya kolaborasi strategis lintas sektor sebagai kunci utama untuk merealisasikan pembangunan Kudus di tahun 2025. Dirinya memaparkan visi pembangunan “Kudus Berkeadaban, Maju, dan Berkelanjutan” yang akan diwujudkan melalui empat misi utama.
Misi tersebut meliputi peningkatan kualitas sumber daya manusia, transformasi tata kelola pemerintahan, penguatan infrastruktur dasar dan konektivitas, serta pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Menurutnya, sinergi dari berbagai pihak sangat diperlukan agar semua aspek pembangunan dapat berjalan secara terintegrasi dan berkesinambungan.
Revlisianto juga menekankan perlunya pendekatan Pentahelix, yang melibatkan pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat, dan media dalam mengatasi tantangan pembangunan seperti kemiskinan, stunting, dan ketimpangan sosial.
“Dengan semangat Kudus Sengkuyung Bareng, kolaborasi ini diharapkan dapat mendorong pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan, sehingga mampu membawa Kudus ke arah yang lebih baik,” tuturnya.