Berita

18 Maret 2022   10:00 WIB

Safari Ponpes Ajang Bupati Cegah Radikalisme

Safari Ponpes Ajang Bupati Cegah Radikalisme

Safari Ponpes Ajang Bupati Cegah Radikalisme

KUDUS - Tekad Bupati Kudus Hartopo mewujudkan Kudus tanpa radikalisme bulat. Satu demi satu pondok pesantren (ponpes) disambangi untuk mencegah paham terorisme dari hulu ke hilir. Kali ini, bupati bersua dengan santri Pondok Pesantren Nihayatus Salikin di Desa Gulang Kecamatan Mejobo.

"Oknum tertentu kerap mengajak orang masuk menjadi teroris memanfaatkan ayat Alquran yang konfrontatif. Fenomena ini harus menjadi perhatian santri," ucapnya saat menghadiri "Optimalisasi Peran Santri dalam Antisipasi Radikalisme" pada Kamis (17/3).

Hartopo menekankan paham radikalisme mengancam persatuan bangsa dan tak sesuai ajaran Islam. NKRI menjunjung tinggi toleransi dan gotong royong. Begitu juga Islam yang mengajarkan perdamaian. Hartopo mengajak santri untuk jadi garda terdepan mencegah radikalisme yang sarat akan kekerasan.

"Radikalisme merusak tatanan negara dan tak sesuai dengan aqidah agama Islam. Santri sebagai calon pemimpin masa depan memiliki andil besar mencegah paham radikal masuk ke masyarakat," tuturnya.

Dalam kesempatan tersebut, Hartopo mengapresiasi semangat pengasuh ponpes KH. Achmad Khunaifi Syansuri dan ustadz sekalian mengembangkan ponpes. Dengan segala keterbatasan, pengasuh istiqomah membimbing santri belajar ilmu agama. Pihaknya siap membantu mengembangkan pondok pesantren agar lebih maju.

"Perjuangan dalam mengembangkan ponpes sangat menginspirasi. Kami bantu ponpes Nihayatus Salikin lebih maju lagi," jelasnya.

Ketua DPRD Kudus Masan meminta santri berpegang bahwa Islam itu rahmatan lil alamin. Artinya rahmat bagi seluruh alam dengan menjaga kedamaian. Maraknya kemunculan pendakwah yang tak jelas asal usulnya dan menyerukan kafir kepada sesama Muslim bisa jadi awal dari radikalisme. Sehingga penyaringan informasi di internet penting untuk mencegah paham terorisme.

"Sekarang itu informasi apapun mudah diakses. Banyak yang mendadak jadi da'i dan mengajak kekerasan. Kami harap santri calon pendakwah masa depan bisa bersinergi menjaga kondusifitas bangsa," terangnya.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Mukhasiron meminta calon kiai, guru madin, pendakwah di desa yang paham agama untuk meluruskan bahwa radikalisme bukan ajaran Islam. Fungsi pesantren sangat menentukan sebagai panutan umat. 

"Sebagai panutan umat, peran pesantren penting dalam pencegahan radikalisme di masyarakat," katanya.

Gus Khifni Nasif yang bertindak sebagai moderator menyimpulkan bahwa santri harus ikut merawat kebhinekaan, toleransi dan melek media sosial. Beberapa tokoh ikut hadir dalam acara. Di antaranya Kepala Kesbangpol Kudus Harso Widodo, Kepala Desa Gulang, perwakilan guru madin, dan lainnya.

Salah satu santri yang hadir, Sahal menyampaikan kegiatan tersebut memberikan pengetahuan baru terkait pencegahan radikalisme. Pihaknya tertarik untuk mempelajari lebih dalam agar dapat mencegah paham radikalisme yang bisa saja terjadi di sekitarnya. 

"Menarik ya acaranya. Membuka wawasan baru tentang bagaimana paham radikalisme berkembang sehingga lebih paham cara mencegahnya," pungkasnya. (*)

Info