KUDUS - Fashion busana muslim menjadi bisnis yang menjanjikan untuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah. Di Kudus sendiri, konveksi untuk produsen busana muslim telah menjamur dan dipasarkan secara luas. Kesempatan yang terbuka luas ini mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Kudus melalui Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian, Koperasi dan UKM. Pelatihan Vocational Bidang Konveksi digelar dengan menggandeng SMK NU Banat Kudus sebagai sekolah vokasi tata busana.
Pelatihan dibuka dengan pameran fashion show hasil desain dan kreativitas para siswi. Busana ini mengambil tema kearifan lokal berjudul luwur dari inspirasi tradisi buka luwur di Kudus. Hal tersebut mendapat apresiasi oleh Ketua TP PKK Kabupaten Kudus, Mawar Hartopo yang hadir untuk membuka pelatihan di Gedung SMK NU Banat Kudus, Senin (13/6). Ia menyebut, kegiatan ini merupakan suatu kolaborasi yang luar biasa.
"Pelatihan kolaborasi yang luar biasa oleh Disnaker dan SMK NU Banat. Kreasi busana muslimnya sudah pernah ikut fashion show internasional. Jadi sangat tepat jika para UMKM mendapat pelatihan di sini," ujarnya.
Busana muslim saat ini sedang diminati di pasar lokal maupun internasional. Mawar Hartopo pernah mendapat informasi bahwa di luar negeri sangat banyak permintaan busana muslim. Hal tersebut dapat menjadi kesempatan emas bagi pengusaha fashion dalam negeri untuk ikut bersaing.
"Setelah pelatihan selesai, silakan tunjukkan ide-ide original yang bisa ditampilkan kalau ada fashion show di Kudus. Karena fashion muslim ini punya pasar yang luas," katanya.
Dengan menggandeng pelatih berpengalaman dan SMK NU Banat, Mawar Hartopo optimis usaha fashion di Kudus dapat berkembang. Para peserta didorong untuk bisa menciptakan model busana muslim yang orisinal dan nyaman dipakai. Ia optimis kualitas fashion muslim dari Kudus memiliki potensi untuk diminati di dalam maupun luar negeri.
"Pelatihan ini jadi kesempatan kita untuk menaikkan level baik secara desain dan produksi untuk menghasilkan kualitas terbaik. Baju muslim banyak dicari di luar negeri," ujarnya.
Sebagai penyelenggara, Kepala Disnaker Perinkop dan UKM, Rini Kartika Hadi Ahmawati, menjelaskan bahwa pelatihan dilakukan untuk memajukan SDM pelaku UMKM di bidang fashion. Pelatihan dilaksanakan selama empat hari dengan diikuti 25 peserta dan melibatkan tiga pelatih profesional. Harapannya, kolaborasi ini bisa menghasilkan desainer handal yang dapat menciptakan tren busana muslim yang up to date.
"Untuk meningkatkan daya saing dalam dunia fashion melalui peningkatan sumber daya manusia untuk pelaku usaha bidang fashion," jelasnya.
Sementara itu, Kepala sekolah SMK NU Banat, Kasiati, menyambut baik Kolaborasi tersebut. Pihaknya mengungkapkan, program pembelajaran sekolah yang digunakan ialah berbasis proyek. Sehingga, dapat langsung diaplikasikan dalam dunia kerja maupun untuk pelaku usaha langsung.
"Program pembelajaran kami ini berbasis proyek yang tentunya bisa langsung diterapkan dalam prakteknya," jelasnya.
Setiap tahunnya, SMK NU Banat memiliki proyek fashion dengan tema yang berbeda-beda. Tema desain yang diangkat kebanyakan terinspirasi dari kearifan lokal. Kasiati mengatakan, tema fashion yang sudah pernah diangkat adalah dandangan, troso, lurik, dan tahun ini mengangkat tema luwur. Mengusung brand Zelmira, beberapa diantaranya telah pernah tampil dalam fashion show internasional.
"Tema revive terbaru kami yaitu luwur. Terinspirasi dari kearifan lokal yaitu tradisi buka luwur. Karya-karya ini sudah pernah ikut fashion show luar negeri," pungkasnya.
Salah satu peserta, Lilis mengaku sangat antusias untuk mengikuti pelatihan vocational untuk pertama kali. Ia berharap ilmu dari pelatihan ini bisa meningkatkan usaha jahit dan kios yang dimilikinya di Desa Karangbener, Bae. Dengan terus meningkatkan kualitas produk busana yang dihasilkannya.
"Sehari-hari punya usaha jahit dan kios di Karangbener. Sangat senang, baru pertama kali ikut pelatihan untuk vocational ini. Semoga bisa dapat ilmu untuk mengangkat kualitas usaha," tuturnya. (*)