KUDUS - Berdasarkan informasi dari BMKG, secara umum wilayah Jawa Tengah telah memasuki musim penghujan pada bulan Oktober, satu bulan lebih cepat dari biasanya. Sedangkan puncak hujan akan terjadi pada bulan Januari sampai Februari tahun depan. Hal tersebut dikatakan Bupati Hartopo ketika memimpin Apel Gelar Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Kabupaten Kudus di alun-alun simpang tujuh, Senin (24/10). Hadir dalam kegiatan tersebut, Unsur Forkopimda, Sekda Kudus beserta asisten, OPD terkait, personel TNI/Polri, Satpol PP, dan peserta lainnya.
"Menghadapi musim penghujan, kondisi ini harus diwaspadai, terlebih ada beberapa wilayah di Kudus yang memiliki tingkat kerawanan bencana lebih besar dibanding dengan wilayah lainnya," kata Hartopo.
Tidak hanya bencana angin ribut, banjir dan tanah longsor pun berpotensi terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Kudus. Setidaknya ada 6 kecamatan yang rawan banjir dan 2 kecamatan yang rawan longsor.
"Berdasarkan data BPBD Kudus tahun lalu, sebanyak 72 kejadian angin kencang, 40 banjir dan 21 tanah longsor terjadi di Kudus. Sedangkan, untuk tahun ini, per-bulan September telah terjadi 53 kejadian angin kencang, 16 banjir dan 29 tanah longsor," ungkapnya.
Untuk itu, pihaknya menekankan kewaspadaan kepada seluruh lapisan masyarakat dalam menghadapi dan menanggulangi potensi bencana yang kemungkinan dapat terjadi. Mengingat peningkatan curah hujan tentu akan berbanding lurus dengan potensi bencana yang bisa terjadi.
"Ini bukan menjadi tugas pemerintah daerah saja, melainkan semua elemen masyarakat bisa ikut terlibat sesuai perannya masing-masing. Pelaksanaan apel kesiapsiagaan ini adalah sebagai bentuk persiapan kita dalam mengantisipasi dan menanggulangi terjadinya bencana di Kabupaten Kudus," ujarnya.
Pada kesempatan ini, Bupati Kudus memberikan beberapa penekanan dalam upaya mengantisipasi dan menanggulangi terjadinya bencana di Kabupaten Kudus, khususnya pada segenap personel penanggulangan bencana.
"Di antaranya dengan menyiapkan mental dan fisik, menguasai dan mengenali medan, melakukan koordinasi dan komunikasi yang baik antar instansi, memedomani SOP yang berlaku, melakukan pembinaan dan sosialisasi terhadap masyarakat, melaporkan setiap ada kejadian, serta mengikuti info ter-update dari BMKG," pesannya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Kudus Mundir, menambahkan bahwa berdasarkan analisa BMKG pada akhir tahun ini akan terjadi peningkatan akumulasi curah hujan. Kondisi tersebut memungkinkan terjadinya bencana di beberapa daerah yang rawan banjir, tanah longsor dan angin puting beliung. Mengantisipasi terjadinya bencana, pihaknya menggandeng instansi terkait di Pemkab Kudus dengan memastikan kesiapan sarana prasarana, bahan pangan dan sumber daya manusia yang diperlukan.
"Memastikan peralatan, bahan pangan, dan SDM yang diperlukan untuk menghadapi cuaca ekstrim 2022-2023. Perlu koordinasi instansi terkait, demi menghindari korban jiwa, masyarakat yang berada di daerah rawan bencana," jelasnya.
Terkait sarana dan prasarana pendukung, BPBD Kudus telah mempersiapkan beberapa armada dalam Apel Gelar Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana yang siap digunakan ketika kondisi genting.
"Ada motor trail rescue sebanyak 24 unit, mobil double cabin dan jeep sebanyak 16 unit, perahu karet/politelin sebanyak 4 unit, truck tangki dan crane sebanyak 8 unit, truck pemadam sebanyak 5 unit, ambulance sebanyak 8 unit, dan mobil serbaguna sebanyak 4 unit," pungkasnya. (*)